Rabu, 30 Mei 2018
it's me
Data Pribadi
Nama : AENI NURUL HIKMAH
NIM : 2021116077
Jurusan :
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Fakultas : TARBIYAH DAN ILMU
KEGURUAN
TTL : PEMALANG, 08
OKTOBER 1998
Alamat : RT 03 RW
02 PEKUNCEN WIRADESA PEKALONGAN
E-Mail : AENINURULH@GMAIL.COM
Instagram : AENINURULHIKMAH08
Facebook : AENI NURUL HIKMAH
AL-LATHIEF
Motto : TIADA ORANG YANG
TERLATIH, YANG ADA HANYALAH ORANG YANG GIAT BERLATIH
Riwayat Pendidikan
SD/MI : SDN 02 MAYANGAN
SMP/MTs : MTs 45 WIRADESA
SMA/MA : MAN 1 KOTA PEKALONGAN
Perguruan Tinggi : IAIN PEKALONGAN
Pengalaman Organisasi
1. PRAMUKA
SIAGA DAN PENGGALANG (SD 2006-2010)
2. PRAMUKA
DEWAN PENGGALANG (MTs 2012-2013).
3. PRAMUKA
DEWAN AMBALAN (MA 2015-2016)
4. RACANA
IAIN PEKALONGAN (2016-SEKARANG)
5. IPPNU
PR PEKUNCEN (2008-SEKARANG)
Sabtu, 26 Mei 2018
Keteladanan Sahabat Usman Bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
BAB IV
KETELADANAN SAHABAT USMAN BIN AFFAN
DAN ALI BIN ABI
THALIB RA
A.
Kompetensi
Dasar
1.4 Menghayati
kisah-kisah keteladanan sahabat Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib
1.3
Meneladani
sifat-sifat utama sahabat Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib
1.3
Menganlisa
kisah keteladanan sahabat Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib
1.1
Menceritakan
kisah keteladanan sahabat Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib
B.
Indikator
Pencapaian Kompetensi
1.4.1 Menunjukkan penghayatan terhadap kisah keteladanan sahabat Utsman
bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib
2.4.1 Terbiasa Meneladani
sifat-sifat utama sahabat Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib
3.4.1 Menjelaskan contoh kisah keteladanan sahabat Utsman bin
Affan, dan Ali bin Abi Thalib
3.4.2 Menjelaskan hikmah yang bisa diambil dari kisah keteladanan
sahabat Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib
3.4.3 Menunjukkan contoh orang/tokoh yang meneladani sahabat Utsman
bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
4.5.1 Menyajikan cuplikan kisah-kisah keteladanan sahabat Utsman
bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib
Utsman Ibnu Affan
1.
Sifat Itsar (mendahulukan orang
lain) dan Kedermawanan Utsman Ibnu Affan
Utsman adalah
bagian dari sahabat terbaik Nabi S.A.W, ia
tumbuh menjadi pribadi yang lembut kepada sesama mukmin. Hatinya sering
tersentuh menyaksikan keadaan mereka. Ia selalu berusaha membantu kesulitan
rakyat dan menghilangkan kesedihan mereka, rajin menyambung silaturrahim,
memuliakan tamu, memberi pekerjaan kepada orang fakir, membantu yang lemah
dan berusaha menghindarkan kesulitan
mereka. Ia dikenal penyabar, ramah, dan murah hati, selalu memaafkan kesalahan orang
lain. Teladan seluruh tingkah lakunya adalah Rasulullah SAW. Ia mencontoh
perkataan, perbuatan dan perilaku Nabi
SAW.
Ada banyak
peristiwa yang menunjukkan kesabaran dan ketabahan jiwanya. Dalam setiap
kesempatan, ia selalu mendahulukan sikap santun dan maaf, murah hati dan tidak bergantung pada dunia.
Alih-alih diperbudak dunia, ia menjadikan dunia sebagai sarana untuk
mengamalkan akhlak mulia, terutama sikap mengutamakan orang lain di atas
kepentingan sendiri. Ia tidak dikuasai dunia sehingga ia tidak menjadi orang
yang egois yang mengutamakan kepentingan
pribadi dan mengorbankan kepentingan orang lain.
Materi dunia
yang melimpah tak mampu mengikat atau membelenggu Utsman ibn Affan untuk
mencintai dunia. Ia selalu menempatkan Allah dan Rasul-Nya di urutan yang
paling tinggi. Hatinya tak pernah terikat kepada dunia sehingga ia dapat setiap
saat melepaskan semua miliknya demi kepentingan Allah dan Rasul-Nya. Karena
itu, ia termasuk orang yang paling berhak atas apa yang Allah SWT firmankan
dalam Al-Qur’an: “dan barang siapa terjaga dari sikap kikir, mereka itulah
orang-orang yang beruntung” (Q.S. AtTaghabun).
Tentu saja ia berhak mendapatkan balasan yang mulia itu karena ia
terbiasa membebaskan seorang budak setiap Jumat. Suatu hari Thalhah menyusul
Utsman sekeluarnya dari masjid. Thalhah berkata, “Aku sudah punya lima puluh
ribu dirham yang kupinjam darimu. Aku akan mengutus seseorang untuk
menyerahkannya kepadamu.”Utsman menjawab, “Biarlah semua itu kuberikan
kepadamu, karena kebaikan akhlakmu.”
Juga
dikisahkan bahwa sebelum Nabi datang ke Madinah, di sana ada sumur yang disebut sumur Rawmah. Air sumur itu
sangat tawar. Setiap orang yang ingin minum dari sumur itu harus membelinya.
Sumur itu milik seorang Yahudi. Ketika umat Islam semakin berat dihimpit
kesulitan, Rasulullah menyerukan tawaran, “Barang siapa membeli sumur Rawmah, baginya surga.” Mendengar
pernyataan itu, Utsman bergegas ingin mendapatkan surga. Ia memberanikan diri
membeli sumur itu seharga 35.000 dirham.
Ia menggratiskan siapa saja untuk memanfaatkan air sumur itu, baik yang
kaya, miskin, atau pun para musafir. Inilah
Pada masa pemerintahan Al-Faruq, kaum muslim
dilanda paceklik. Karena beratnya kehidupan yang harus dihadapi, tahun itu
disebut tahun kelabu. Ketika nestapa semakin memuncak, orang-orang menghadap
Umar r.a. dan berkata, “Wahai Khalifah, langit tak menurunkan hujan dan
enggan menumbuhkan tanaman. Kita hampir binasa. apa yang harus kita lakukan?”Umar
memandangi mereka dengan wajah pilu. Ia berkata, “Sabar dan bertahanlah. Aku
berharap Allah memberikan jalan keluar dari keadaan ini sebelum malam tiba.”
Sore harinya terdengar kabar bahwa kafilah
dagang Utsman ibn Affan telah kembali dari Syria dan akan tiba di Madinah esok
pagi. Usai shalat Subuh, orang-orang menyambut kafilah itu. Seribu unta membawa
gandum, minyak samin, dan kismis. Seluruh rombongan kafilah dan kendaraannya
berkumpul di depan rumah Utsman ibn Affan r.a. Ketika para buruh sibuk
menurunkan barang dagangan, para pedagang bergegas menemui Utsman. Mereka berkata,
“Kami akan membeli semua yang engkau bawa, wahai Abu Amr.” Utsman
menjawab, “Dengan senang hati dan aku merasa terhormat. Tetapi, berapa
kalian akan memberiku keuntungan?” Mereka berkata, “Untuk satu dirham
yang engkau beli, kami memberimu dua dirham.”“Aku bisa mendapat lebih dari
itu.jawab Utsman”. Lalu mereka kembali menaikkan harga. Utsman berkata, “Aku
masih bisa mendapat lebih dari yang kalian tawarkan.” Mereka menaikkan
harga lagi. Utsman berkata, “Aku masih bisa mendapatkan lebih dari itu.”Mereka
berkata, “Wahai Abu Amr, Siapakah yang berani memberimu keuntungan lebih
dari tawaran kami?.”
Utsman menjawab: “Allah SWT. memberiku keuntungan
sepuluh kali lipat dari setiap dirham yang kubelanjakan. Adakah diantara kalian
yang berani memberiku keuntungan lebih dari itu?” “Tidak, wahai Abu Amr.”
“Aku
bersaksi kepada Allah, semua yang dibawa kafilah ini kusedekahkan kepada fakir
miskin di kalangan umat Islam. Aku tidak mengharapkan bayaran sepeser pun.
Kulakukan semua itu semata-mata mengharapkan pahala dan keridhoan Allah SWT”. Inilah
karakter Usman bin Affan yang termaktu dalam firman Allah:
وَيُؤْثِرُونَ
عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
وَمَنْ
يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُم الْمُفْلِحُونَ (9)
"Dan
mereka mendahulukan kepentingan orang lain (rakyat) di atas kepentingan mereka
sendiri. Dan barang siapa yang terjaga dari kekikiran dirinya, maka dialah
orang-orang yang beruntung (Q.S AlHasyr: 9)
Itu gambaran keimanan dan kedermawanan Utsman
ibn Affan. Sebanyak apapun harta dunia yang dimiliki, semuanya tidak berarti di
hatinya. Bagi para sahabat Nabi, dunia ini tidak artinya. Kendati hidup
bergelimang harta, ia tetap mengutamakan akhirat.Hasan Al-Bashri bercerita, “Aku
pernah melihat Khalifah Utsman ibn Affan berbicara di masjid. Ketika ia
berdiri, bekas-bekas tanah terlihat di punggungnya. Seseorang berkata, ‘Inilah
Amirul Mukminin…Inilah Amirul Mukminin…..’ Sungguh mengagumkan, ia memberikan
makanan yang baik-baik kepada orang lain, sedangkan ia hanya makan cuka dan
minyak samin. Ia membiarkan lambungnya bekerja keras.”
2.
Kecerdasan
sahabat Ali bin Abi Thalib r.a.
Beliau adalah
salah satu –selain Abu Bakar,Umar,dan Usman- diantara 10 sahabat yang dijamin
masuk surga sebagaimana sabada rasulullah SAW. lulusan terbaik dari madrasah
Nubuwwah, yang dididik semenjak kecil oleh Rasulullah SAW. Diantara
keistimewaan belaiu adalah Allah menganugerahkan kecerdasan di atas
rata-rata,sampai-sampai rasulullah bersabda “aku adalah kotanya ilmu,sedangkam
Ali adalah pintunya”.
Di antara kisahnya
adalah perselisihan beberapa sahabat tentang ilmu berhitung.
Dua orang sehabat melakukan perjalanan bersama. Disuatu tempat, mereka berhenti untukmakan siang. Sambil duduk, mulailah masing-masing membuka bekalnya. Orang yang pertama membawa tiga potong roti, sedang orang yang kedua membawa lima potong roti.Ketika keduanya telah siap untuk makan, tiba-tiba datang seorang musafir yang baru datang ini pun duduk bersama mereka.
“Mari, silakan, kita sedang bersiap-siap untuk makan siang,”kata salah seorang dari dua orang tadi.“Aduh…saya tidak membawa bekal,” jawab musafir itu.
Dua orang sehabat melakukan perjalanan bersama. Disuatu tempat, mereka berhenti untukmakan siang. Sambil duduk, mulailah masing-masing membuka bekalnya. Orang yang pertama membawa tiga potong roti, sedang orang yang kedua membawa lima potong roti.Ketika keduanya telah siap untuk makan, tiba-tiba datang seorang musafir yang baru datang ini pun duduk bersama mereka.
“Mari, silakan, kita sedang bersiap-siap untuk makan siang,”kata salah seorang dari dua orang tadi.“Aduh…saya tidak membawa bekal,” jawab musafir itu.
Maka mulailah
mereka bertiga menyantap roti bersama-sama. Selesai makan, musafir tadi
meletakkan uang delapan dirham di hadapan dua orang tersebut seraya berkata:
“Biarkan uang ini sebagai pengganti roti yang aku makan tadi.” Belum lagi
mendapat jawaban dari pemilik roti itu, si musafir telah minta diri untuk
melanjutkan perjalanannya lebih dahulu.
Sepeninggal si
musafir, dua orang sahabat itu pun mulai akan membagi uang yang diberikan.“Baiklah,
uang ini kita bagi saja,” kata si empunya lima roti.“Aku setuju,”jawab
sahabatnya.“Karena aku membawa lima roti, maka aku mendapat lima dirham, sedang
bagianmu adalah tiga dirham.“Ah, mana bisa begitu. Karena dia tidak
meninggalkan pesan apa-apa, maka kita bagi sama, masing-masing empat
dirham.”“Itu tidak adil. Aku membawa roti lebih banyak, maka aku mendapat
bagian lebih banyak” .
Alhasil, kedua
orang itu saling berbantah. Mereka tidak berhasil mencapai kesepakatan tentang
pembagian tersebut. Maka, mereka bermaksud menghadap sahabat Ali bin Abi Thalib
r.a. untuk meminta pendapat.Di hadapan Imam Ali, keduanya bercerita tentang
masalah yang mereka hadapi. Imam Ali mendengarkannya dengan seksama. Setelah
orang itu selesai berbicara, Imam Ali kemudian berkata kepada orang yang
mempunyai tiga roti: “Terima sajalah pemberian sahabatmu yang tiga dirham
itu!”“Tidak! Aku tak mau menerimanya. Aku ingin mendapat penyelesaian yang
seadil-adilnya, “Jawab orang itu.“Kalau engkau bermaksud membaginya secara benar,
maka bagianmu hanya satu dirham!” kata Imam Ali lagi. “Hah…?
Bagaimana engkau ini, kiranya.Sahabatku ini akan memberikan tiga dirham dan aku
menolaknya. Tetapi kini engkau berkata bahwa hak-ku hanya satu
dirham?”“Bukankah engkau menginginkan penyelesaian yang adil dan benar? ,kalau
begitu, bagianmu adalah satu dirham!”. “Bagaimana bisa begitu?” Orang itu
bertanya.
Imam Ali
menggeser duduknya. Sejenak kemudian ia berkata:”Mari kita lihat. Engkau
membawa tiga potong roti dan sahabatmu ini membawa lima potong
roti.”“Benar.”jawab keduanya.“Kalian makan roti bertiga, dengan si
musafir.”‘Benar”. “Adakah kalian tahu, siapa yang makan lebih banyak?”.
“Tidak.”. “Kalau begitu, kita anggap bahwa setiap orang makan dalam jumlah yang
sama banyak”. “Setuju, “jawab keduanya serempak.“Roti kalian yang delapan
potong itu, masing-masingnya kita bagi menjadi tiga bagian. Dengan demikian,
kita mempunyai dua puluh empat potong roti, bukan?” tanya Imam
Ali.“Benar,”jawab keduanya.
“Masing-masing dari kalian makan sama banyak, sehingga setiap orang berarti telah makan sebanyak delapan potong, karena kalian bertiga.”“Benar.”“Nah…orang yang membawa lima roti, telah dipotong menjadi tiga bagian mempunyai lima belas potong roti, sedang yang membawa tiga roti berarti mempunyai sembilan potong setelah dibagi menjadi tiga bagian, bukankah begitu?”“Benar, jawab keduanya, lagi-lagi dengan serempak.“si empunya lima belas potong roti makan untuk dirinya delapan roti, sehingga ia mempunyai sisa tujuh potong lagi dan itu dimakan oleh musafir yang belakangan. Sedang si empunya sembilan potong roti, maka delapan potong untuk dirinya, sedang yang satu potong di makan oleh musafir tersebut. Dengan begitu, si musafir pun tepat makan delapan potong roti sebagaimana kalian berdua, bukan?”
Kedua orang yang dari tadi menyimak keterangan Imam Ali, tampak sedang mencerna ucapan Imam Ali tersebut. Sejenak kemudian mereka berkata:”Benar, kami mengerti.”“Nah, uang yang diberikan oleh di musafir adalah delapan dirham, berarti tujuh dirham untuk si empunya lima roti sebab si musafir makan tujuh potong roti miliknya, dan satu dirham untuk si empunya tiga roti, sebab si musafir hanya makan satu potong roti dari milik orang itu”“Alhamdulillah…Allahu Akbar,” kedua orang itu berucap hampir bersamaan. Mereka sangat mengagumi cara Imam Ali menyelesaikan masalah tersebut, sekaligus mengagumi dan mengakui keluasan ilmunya.
“Demi Allah, kini aku puas dan rela. Aku tidak akan mengambil lebih dari hak-ku, yakni satu dirham,” kata orang yang mengadukan hal tersebut, yakni si empunya tiga roti.Kedua orang yang mengadu itu pun sama-sama merasa puas. Mereka berbahagia, karena mereka berhasil mendapatkan pemecahan secara benar, dan mendapat tambahan ilmu yang sangat berharga dari Imam Ali bin Abi Thalib as.
“Masing-masing dari kalian makan sama banyak, sehingga setiap orang berarti telah makan sebanyak delapan potong, karena kalian bertiga.”“Benar.”“Nah…orang yang membawa lima roti, telah dipotong menjadi tiga bagian mempunyai lima belas potong roti, sedang yang membawa tiga roti berarti mempunyai sembilan potong setelah dibagi menjadi tiga bagian, bukankah begitu?”“Benar, jawab keduanya, lagi-lagi dengan serempak.“si empunya lima belas potong roti makan untuk dirinya delapan roti, sehingga ia mempunyai sisa tujuh potong lagi dan itu dimakan oleh musafir yang belakangan. Sedang si empunya sembilan potong roti, maka delapan potong untuk dirinya, sedang yang satu potong di makan oleh musafir tersebut. Dengan begitu, si musafir pun tepat makan delapan potong roti sebagaimana kalian berdua, bukan?”
Kedua orang yang dari tadi menyimak keterangan Imam Ali, tampak sedang mencerna ucapan Imam Ali tersebut. Sejenak kemudian mereka berkata:”Benar, kami mengerti.”“Nah, uang yang diberikan oleh di musafir adalah delapan dirham, berarti tujuh dirham untuk si empunya lima roti sebab si musafir makan tujuh potong roti miliknya, dan satu dirham untuk si empunya tiga roti, sebab si musafir hanya makan satu potong roti dari milik orang itu”“Alhamdulillah…Allahu Akbar,” kedua orang itu berucap hampir bersamaan. Mereka sangat mengagumi cara Imam Ali menyelesaikan masalah tersebut, sekaligus mengagumi dan mengakui keluasan ilmunya.
“Demi Allah, kini aku puas dan rela. Aku tidak akan mengambil lebih dari hak-ku, yakni satu dirham,” kata orang yang mengadukan hal tersebut, yakni si empunya tiga roti.Kedua orang yang mengadu itu pun sama-sama merasa puas. Mereka berbahagia, karena mereka berhasil mendapatkan pemecahan secara benar, dan mendapat tambahan ilmu yang sangat berharga dari Imam Ali bin Abi Thalib as.
Demikianlah
kecerdasan Ali,meski demikian, beliau adalah orang yang mempunyai rasa tawadlu’
yang tinggi. Beliau pernah berucap : أَناَ
خَادِمُ مَنْ عَلَّمَنِيْ وَلَوْ حَرْفًا yang artinya: “aku
(berkenan) menjadi pelayan pada orang yang mengajarku walaupun hanya satu
huruf”.
Adab Terhadap Lingkungan
BAB III
ADAB TERHADAP LINGKUNGAN
A.
Kompetensi
Dasar
1.1
Mengahayti
adab terhadap lingkungan, yaitu : binatang dan tumbuhan, di tempat umum, dan di
jalan
1.3
Terbiasa
beradab islami terhadap lingkungan, yaitu : binatang dan tumbuhan, di tempat
umum, dan di jalan
1.3
Memahami
adab terhadap lingkungan, yaitu : binatang dan tumbuhan, di tempat umum, dan di
jalan
4.3 Mensimulasikan adab terhadap
lingkungan, yaitu : binatang dan tumbuhan, di tempat umum, dan di jalan
B.
Indikator
Pencapaian Kompetensi
1.3.1 Menunjukkan penghayatan terhadap lingkungan, yaitu : binatang
dan tumbuhan, di tempat umum, dan di jalan
2.3.1 Menampilkan kebiasan beradab islami terhadap lingkungan,
yaitu : binatang dan tumbuhan, di tempat umum, dan di jalan
3.3.1
Menjelaskan pengertian adab terhadap lingkungan
3.3.2 Menjelaskan adab-adab terhadap lingkungan, yaitu : binatang
dan tumbuhan, di tempat umum, dan di jalan
3.3.3 Mengidentifikasi dalil tentang beradab pada lingkungan, yaitu
: binatang dan tumbuhan, di tempat umum, dan di jalan
3.3.4 Menjelaskan hikmah beradab islami terhadap lingkungan, yaitu
: binatang dan tumbuhan, di tempat umum, dan di jalan
4.3.1 Mendemonstrasikan adab terhadap lingkungan, yaitu : binatang
dan tumbuhan, di tempat umum, dan di jalan
1.
Adab
Kepada Binatang
Hewan atau binatang merupakan makhluk Allah
yang diciptakan untuk melengkapi kehidupan manusia. Manusia bisa mendapat
berbagai manfaat darinya.. Binatang juga makhluk Allah yang diberikan nyawa dan
mempunyai perasaan, hanya saja ia tidak memiliki akal fikiran seperti manusia yang
diciptakan untuk menjadi khalifah Allah s.w.t di muka bumi. Oleh karenanya,kita
harus memperhatikan adab kepada hewan sebagaimana telah diatur oleh agama. Di
antara adab-adab kepada hewan adalah :
a.
Memberinya
makan dan minum apabila hewan itu lapar dan haus, karena Rasulullah s.a.w bersabda : “Kasihanilah siapa yang ada di
bumi ini, niscaya kalian dikasihani oleh yang ada di langit” (Riwayat
At-Tirmizi)
b.
Menyayangi
dan memberikan kasih sayang kepadanya,
sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w ketika para sahabatnya menjadikan burung
sebagai sasaran memanah. “Allah melaknat orang yang menjadikan alam yang
bernyawa sebagai sasaran. (Riwayat Bukhari dan Muslim).
c.
Menyenangkannya
di saat menyembelih atau membunuhnya,
karena Rasulullah s.a.w telah bersabda,: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan
ihsan (berbuat baik) atas segala sesuatu, maka apabila kalian membunuh
hendaklah berlaku ihsan di dalam pembunuhan, dan apabila kalian menyembelih
hendaklah berlaku baik di dalam penyembelihan, dan hendaklah salah seorang kamu
menyenangkan sembelihannya dan hendaklah ia mempertajam mata pisaunya” (Riwayat
Muslim)
d.
Tidak
menyiksanya dengan cara penyiksaan apapun,
atau dengan membuatnya kelaparan, memukulinya, membebaninya dengan sesuatu yang
ia tidak mampu, menyiksanya atau membakarnya,
karena Rasulullah Shallallahu saw. telah bersabda : “Seorang perempuan masuk
neraka karena seekor kucing yang ia kurung hingga mati, maka dari itu ia masuk
neraka karena kucing tersebut, disebabkan ia tidak memberinya makan dan tidak
pula memberinya minum di saat ia mengurungnya, dan tidak pula ia membiarkannya
memakan serangga di bumi” (Riwayat Bukhari)
e.
Boleh
membunuh hewan yang mengganggu,
seperti anjing buas, serigala, ular, kalajengking, tikus dan lain-lainnya,
karena beliau telah bersabda: “ Ada lima macam hewan fasik yang boleh dibunuh
di waktu halal (tidak ihram) dan di waktu ihram, yaitu ular, burung gagak yang
putih punggung dan perutnya, tikus, anjing buas dan rajawali” (Riwayat Muslim).
Juga ada hadits sahih yang membolehkan membunuh kalajengking dan mengutuknya.
Itulah
beberapa adab atau etika yang selalu dipelihara oleh seorang muslim terhadap
hewan.
2.
Adab Terhadap Tumbuhan
Sebagaimana hewan,tumbuhan juga makhluk yang diberi nyawa oleh Allah
SWT. Karenanya kita juga harus menjaga adab terhadap tumbuhan. Adapun beberapa
adab terhadap tumbuhan adalah :
a.
Tidak merusak dan menebang pohon sembarangan,
Allah swt. Berfirman dalam Q.S. al-Nazi’at[79]: 31-32 yang artinya :“(31)Dialah yang memancarkan daripadanya mata
airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. (32)dan gunung-gunung
dipancangkan-Nya dengan teguh”.
Dari ayat tersebut,
lingkungan dapat diwujudkan dalam bentuk perbuatan manusia yaitu dengan
menjaga keserasian dan kelestarian serta tidak merusak lingkungan hidup.
Usaha-usaha yang dilakukan juga harus memperhatikan masalah-masalah kelestarian
lingkungan.
b. Tidak buang hajat dibawah pohon berbuah,rasulullah bersabda yang berarti
: “Jangan buang air di lubang binatang, di jalan tempat orang lewat, di tempat
berteduh, di sumber air, di tempat pemandian, di bawah pohon yang sedang
berbuah, atau di air yang mengalir ke arah orang-orang yang sedang mandi atau
mencuci." (H.R. Muslim, Tirmidzi)
c. Membayar zakat hasil tanaman, dalam surat al-baqarah ayat 267, Allah berfirman “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu“.
Dari ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa Allah menyuruh umatnya
untuk menzakatkan hasil bumi yang dikelolanya, misalnya pertanian, perkebunan,
dan sebagainya dengan maksud, agar manusia saling berbagi terhadap sesamanya.
Selain itu zakat juga sangat bermanfaat untuk mensucikan harta kita. Dan Allah
tidak akan membuat seseorang menjadi miskin jika mau mengeluarkan sebagian
hartanya untuk sesamanya yang kurang mampu.
3.
Adab di jalan dan tempat umum
Islam adalah agama yang sempurna. Ketika berada di jalan umumpun,kita
diatur untuk beradab secara baik dan memberikan hak-hak jalan. Pada
dasarnya,Rasulullah SAW melarang kita untuk duduk di jalan,sebagaiman sabda
beliau yang diriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id al-Khudriy
إِياَّكُمْ
وَاْلجُلُوْسَ عَليَ الطُّرُقَاتِ فَقَالُوْا: مَا لَنَا بُدٌّ إِنَّمَا هِيَ
مَجَالِسُنَا نَتَحَدَّثُ فِيْهَا، قَالَ: فَإِذَا أَبَيْتُمْ إِلاَّ اْلمَجَاِلسَ
فَأَعْطُوْا الطَّرِيْقَ حَقَّهَا. قَالُوْا: وَمَا حَقُّ الطَّرِيْقِ ؟ قَالَ:غَضُّ
الْبَصَرِ وَكَفُّ اْلأَذَى وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوْفِ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ
"Hindarilah
duduk di jalan-jalan. Mereka berkata: 'Kami tidak bisa meninggalkan tempat itu,
tempat kami berbincang-bincang disini'. Bersabda Rasulullah SAW: "Jika kalian enggan
meninggalkan tempat ini, maka berilah hak jalan". Mereka bertanya:
"Apa hak jalan itu?". Rasulullah menjawab: "Menundukkan
pandangan, mencegah kemadharatan, dan amar ma’ruf nahi munkar'"(H.R.Abu
Sa’id al-Khudriy)
Dari hadis di atas jelas,bahwa jika kita
terpaksa harus duduk-duduk di jalan umum,maka kita harus memberikan hak-hak
jalan. Hak-hak jalan sesuai dengan hadis di atas adalah :
a.
Menundukkan
pandangan(tidak melihat ke sana sini,apalagi pada orang yang berlalu lalang)
b.
Mencegah kemadhratan (bahaya) yang ada di jalan.
Termasuk menyingkirkan sesuatu yang bisa membahayakan pengguna jalan,karena itu
adalah shadaqah
c.
Amar ma’ruf nahi munkar (memerintah/mengajak pada
kebaikan dan mencegah kejahatan)
Adab Pergaulan Remaja
BAB II
ADAB PERGAULAN REMAJA
A.
Kompetensi
Dasar
1.1
Menghayatai
adab pergaulan remaja yang islami
1.1
Menampilkan
perilaku akhlaq terpuji dalam pergaulan remaja dalam kehidupan sehari-hari
1.1
Memahami
pentingnya akhlaq terpuji dalam pergaulan remaja dan dampak negatif pergaulan
remaja yang tidak sesuai dengan akhlaq islami
1.1
Menyajikan
data dari berbagai sumber tentang dampak negatif pergaulan remaja yang salah
dalam fenomena kehidupan
1.2
Mensimulasikan
contoh perilaku terpuji dalam pergaulan remaja
B.
Indikator
Pencapaian Kompetensi
1.2.1 Menunjukkan penghayatan terhadap adab pergaulan remaja yang
islami
2.2.1 Terbiasa berperilaku akhlaq terpuji dalam pergaulan remaja
dalam kehidupan sehari-hari
3.2.1
Menjelaskan pengertian adab pergaulan remaja yang islami
3.2.2
Menjelaskan pentingnya adab islami dalam pergaulan remaja
3.2.3Mengidentifikasi
dalil yang berhubungan dengan pergaulan remaja
3.2.4
Menunjukkan contoh adab islami dalam pergaulan remaja
3.2.5Menunjukkah contoh dampak negatif pergaulan remaja yang salah
dalam fenomena kehidupan
4.2.1Membuat karya tulis tentang dampak negatif pergaulan remaja
yang salah dalam fenomena kehidupan
4.3.1Mendemonstrasikan
contoh perilaku terpuji dalam pergaulan remaja
AKHLAQ
TERPUJI DALAM PERGAULAN REMAJA
Sudah menjadi
kewajaran jika kita memiliki seorang teman atau sahabat. Karena memang kita
diciptakan sebagai makhluk sosial. Kita memiliki teman atau sahabat,bermula
dari proses saling mengenal satu dengan yang lain. Akan tetapi,bukan berarti
setiap orang yang kita kenal harus kita jadikan teman atau sahabat.
Kenapa?,karena seperti kita tahu,tidak semua yang kita kenal punya akhlak yang
baik. Karenanya,memilih teman haruslah selektif. Bagaimanapun,teman atau
sahabat kita,sedikit atau banyak,sengaja atau tidak,sadar atau tidak,akan
memberi dampak pada perilaku dan akhlak kita. Rasulullah bersabda :
"...اَلرَّفِيْقُ
قَبْلَ الطَّرِيْقِ"
“…pilihlah teman,sebelum mengadakan perjalanan”
Hadis di atas jelas, rasulullah
memerintahkan kita agar selektif memilih teman. Ibarat pepatah mengatakan :
“berteman dengan penjual nangka,kita akan terkena getahnya,berteman dengan
penjual minyak wangi,kita akan terkena harumnya”.
Lantas,siapakah sahabat yang baik
itu?. Sahabat yang baik adalah:
a)
orang
yang senantiasa mengingatkan kita dalam kebaikan dan taqwa
b)
orang
yang selalu dekat dengan kita meski kita dalam keadaan susah
c)
orang
yang senantiasa ikhlas menolong kita saat kita butuhkan
d)
berbuat
baik di depan maupun di belakang kita
Setelah kita memperoleh teman atau
sahabat yang baik,maka kita harus memperhatikan etika atau adab bergaul dengan
mereka sesuai dengan syariat Islam.
1.
ADAB BERGAUL TERHADAP TEMAN
Islam telah mengajarkan kita untuk menjaga hak-hak teman kita dan
senantiasa berbuat baik kepada mereka. Di antara adab berteman yang baik kepada
teman adalah:
a. Berbuat Itsar
Di
antara hak terhadap sesama yang dianjurkan adalah mendahulukan sahabatnya dalam
segala keperluan (itsar) dan perbuatan ini dianjurkan (mustahab).
Perhatikanlah
firman Allah Ta'ala yang artinya,"Dan mereka mengutamakan
(orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam
kesusahan" (QS. Al Hasyr : 9).
Kaum
Anshor yang terlebih dahulu menempati kota Madinah, mereka mendahulukan
saudara mereka dari kaum Muhajirin dalam segala keperluan, padahal
mereka sendiri membutuhkannya.
Perbuatan
itsar ini hanya berlaku untuk urusan duniawi seperti mendahulukan
saudara kita dalam makan dan minum. Sedangkan dalam masalah ketaatan (perkara
ibadah), kita harus berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama.
b.
Bantulah Sahabatmu yang Berada dalam Kesulitan
Dalam
kehidupan sehari-hari, terkadang tidak selalu berjalan lancer. Ada saja kendala
yang pasti kita membutuhkan orang lain untuk mengatasinya. Begitu juga sahabat
kita,maka menjadi kewajiban kita membantu mereka jika ada kesulitan yang sedang
menimpa mereka
c.
Jagalah Kehormatan Sahabatmu
Rasulullah
shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda pada khutbah ketika haji Wada'
yang artinya,"Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, dan kehormatan
kalian adalah haram." (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya).
Di
antara bentuk menjaga kehormatan saudara kita adalah menjaga rahasianya yang
khusus diceritakan pada kita. Rahasia tersebut adalah amanah dan kita
diperintahkan oleh Allah untuk selalu menjaga amanah
Semoga
dengan mengamalkan hak-hak ini, kita akan menjadi orang-orang yang akan
mendapatkan naungan Allah di akherat kelak, di mana tidak ada naungan kecuali
naungan-Nya. Amin.
2.
ADAB BERGAUL DENGAN LAWAN JENIS
ISLAM
adalah agama yang sempurna, di dalamnya diatur seluk-beluk kehidupan
manusia,termasuk juga pergaulan antara lawan jenis. Di antara adab bergaul
antara lawan jenis sebagaimana yang telah diajarkan oleh agama kita adalah:
a.
Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis
Allah
berfirman yang artinya, “Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendalah
mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. an-Nur:
30). Allah juga berfirman yang artinya,”Dan katakalah kepada wanita beriman:
Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS.
an-Nur: 31).
Bukan
berarti kita tidak boleh sama sekali memandang terhadap lawan jenis,apalagi di
jaman sekarang yang mau tidak mau kita akan selalu berinteraksi dengan lawan
jenis. Tetapi,yang dimaksud adalah kita dilarang memandang dengan penuh
syahwat/nafsu. Karenanya,kita diperintahkan untuk menutup aurat sehingga hanya
bagian tubuh tertentu saja yang boleh tampak oleh lawan jenis yang bukan mahrom
kita.
b.
Tidak berdua-duaan
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki
berdua-duaan (kholwat) dengan wanita kecuali bersama mahromnya,” (HR.
Bukhari & Muslim).
Tidaklah
salah jika rasulullah bersabda demikian,karena ketika seseorang berdua-duan
saja dengan lawan jenis yang bukan mahromnya,maka yang ketiga adalah setan.
Ya,setan,yang akan menjerumuskan seseorang dalam lembah dosa dengan cara
menggoda orang yang berduan dengan lawan jenis yang bukan mahromnya.
c.
Tidak menyentuh lawan jenis
Di dalam sebuah
hadits, Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Demi Allah, tangan
Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat
membaiat (janji setia kepada pemimpin,” (HR. Bukhari). Hal ini karena
menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu perkara yang
diharamkan di dalam Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu)
masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya,” (HR.
Thabrani
AKHLAQ
TERCELA DALAM PERGAULAN REMAJA
Jika ada akhlak
terpuji dalam pergaulan,maka kita akan menemukan akhlak tercela dalam pergaulan.
Berikut beberapa contoh akhlak tercela dalam pergaulan.
1.
Pergaulan bebas antar lawan jenis
Bukan menjadi rahasia dan tabu lagi,di jaman yang katanya moderen
ini,para remaja banyak yang tidak lagi memperhatikan norma-norma agama dan
susila dalam pergaulan. Begitu juga dalam bergaul dengan lawan jenis. Banyak
yang menganggap bergaul dengan sebebas-bebasnya adalah ciri dari masyarakat
modern. Mereka menganggap hal itu adalah hak asasi tiap individu dan tidak
boleh dilarang. Padahal jelas,bahwa hal ini lebih banyak berdampak negatifnya
daripada positifnya. Ujung-ujungnya adalah zina yang jelas dilarang agama,dan
yang pasti merugikan pelakunya. Allah berfirman dalam Q.S. al-Isra’ ayat 32 :
وَلا تَقْرَبُوا
الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا (٣٢)
“dan janganlah kamu mendekati zina;
Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang
buruk”.
Ayat
di atas jelas, jangankan berbuat zina,mendekatinya saja dilarang. Dan yang
pasti,tiap ada pelarangan dalam agama,pasti demi kebaikan kita.
2.
Judi dan khamer
Judi adalah setiap “pemainan untang-utangan dengan bertaruh”
atau “setiap permainan harta dengan
bertaruh”. Agama kita jelas melarang judi dan khamer,sebagaimana Allah
berfirman :
يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُواإِنَّمَاالْخَمْرُوَالْمَيْسِرُوَالأنْصَابُوَالأزْلامُرِجْسٌمِنْعَمَلِالشَّيْطَانِفَاجْتَنِبُوهُلَعَلَّكُمْتُفْلِحُونَ(٩٠)إِنَّمَايُرِيدُالشَّيْطَانُأَنْيُوقِعَبَيْنَكُمُالْعَدَاوَةَوَالْبَغْضَاءَفِيالْخَمْرِوَالْمَيْسِرِوَيَصُدَّكُمْعَنْذِكْرِاللَّهِوَعَنِالصَّلاةِفَهَلْأَنْتُمْمُنْتَهُونَ
(٩١)
Artinya :
Hai orang-orang
yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Sesungguhnya
syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara
kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan
pekerjaan itu)(Qs. Al-Maidah ayat 90-91)
Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah SAW. Bersabda, “Tiap-tiap yang memabukkan
adalah khamer, dan tiap-tiap khamer itu haram” (H.R Muslim)
Dari Ibnu Umar berkata, Nabi SAW, bersabda, “Allah melaknat khamar,
peminumnya, penyajinya, pembelinya, penjualnya, pembuatannya, tempat
pembuatannya, pembawanya, dan penerimanya.” (H.R. Abu Dawud)
3.
Narkoba
Narkotika dalam Islam sering disebut “hasyisy” yang hukumnya
jelas haram karena memabukkan dan termasuk khamer sebagaimana dijelaskan dalam
hadis nabi di atas. Orang yang mengkonsumsinyajelas berdosa dan dikenakan
hukuman sebagaimana orang yang minum khamar. Adapun jenis-jenis narkoba adalah
:
a)
Ganja
atau marijuana
b)
Opiate
c)
Cocaine
d)
Candu
dengan komponen-komponen yang aktif yaitu morfin dan heroin
e)
Obat
berbahaya yang disalahgunakan secara gelap, yaitu rohypnol, valium, cosadon,
magadon, BK, dan sedatin.
Langganan:
Postingan (Atom)
adab terhadap lingkungan 2
Adab Terhadap Lingkungan from nailah krnia
-
BAB IV KETELADANAN SAHABAT USMAN BIN AFFAN DAN ALI BIN ABI THALIB RA A. Kompetensi Dasar 1.4 Menghayati kisah-kisah ketelada...
-
AKHLAK TERPUJI PADA DIRI SENDIRI (BERILMU,KERJA KERAS,KREATIF D AN PRODUKTIF) A. Kompetensi Dasar 1.3 Menghayati nilai berilmu, ...
-
BAB IV KETELADANAN SAHABAT UMAR BIN KHATTAB RA A. Kompetensi Dasar 1.5 Menghayati kisah sahabat Umar bin Khattab ra 2.5 Menela...